Senin, 15 Juni 2009

waspadalah.....

Tanda-Tanda Penyakit Hati
 

Pertama, kehilangan cinta yang tulus. Orang yang mengidap penyakit hati
tidak akan bisa mencintai orang lain dengan benar. Dia tidak mampu mencintai
keluarganya dengan ikhlas. Orang seperti itu agak sulit untuk mencintai
Nabi, apalagi mencintai Tuhan yang lebih abstrak. Karena ia tidak bisa
mencintai dengan tulus, dia juga tidak akan mendapat kecintaan yang tulus
dari orang lain. Sekiranya ada yang mencintainya dengan tulus, ia akan
curiga akan kecintaan itu. 
 
Dalam kitab Matsnawi, Rumi mengisahkan suatu negeri yang mengalami
kekeringan yang panjang. Orang-orang salih dan para ulama berkumpul untuk
melakukan salat istisqa namun hujan tidak turun juga. Karena hujan tidak
turun, akhirnya para pendosa pun turut berkumpul di tanah lapang. Sebagai
ahli maksiat, mereka tidak tahu bagaimana cara salat istisqa. Mereka hanya
memukul genderang sambil mengucapkan puji- pujian dalam bahasa Persia yang
terjemahannya berbunyi: Titik-titik hujan sangat indah untuk para pendosa.
Begitu juga kasih sayang Tuhan sangat indah untuk orang-orang durhaka.
Mereka hanya mengulang-ulang kata-kata itu. 
 
Tiba-tiba, tanpa diduga, hujan turun dengan lebat. Hal ini terjadi karena
orang-orang salih berdoa dengan seluruh zikir dan tasbihnya, sementara para
pendosa berdoa dengan seluruh penyesalannya, dengan segala perasaan rendah
diri di hadapan keagungan Tuhan. Para pentasbih menyentuh kemahabesaran
Tuhan sementara para pendosa menyentuh kasih sayang Tuhan. 
 
Kedua, kehilangan ketentraman dan ketenangan batin. Ketiga, memiliki hati
dan mata yang keras. Pengidap penyakit hati mempunyai mata yang sukar
terharu dan hati yang sulit tersentuh. Keempat, kehilangan kekhusyukan dalam
ibadat. Kelima, malas beribadat atau beramal. Keenam, senang melakukan dosa.
Orang yang berpenyakit hati merasakan kebahagiaan dalam melakukan dosa.
Tidak ada perasaan bersalah yang mengganggu dirinya sama sekali. Sebuah doa
dari Nabi saw berbunyi: “Ya Allah, jadikanlah aku orang yang apabila berbuat
baik aku berbahagia dan apabila aku berbuat dosa, aku cepat-cepat
beristighfar.” 
 
Di antara taubat yang tidak diterima Allah ialah taubat orang yang tidak
pernah merasa perlu untuk bertaubat karena tak merasa berbuat dosa. Kali
pertama seseorang melakukan dosa, ia akan merasa bersalah. Tetapi saat ia
mengulanginya untuk kedua kali, rasa bersalah itu akan berkurang. Setelah ia
berulang kali melakukan maksiat, ia akan mulai menyenangi kemaksiatan itu.
Bahkan ia menjadi ketagihan untuk berbuat maksiat terus menerus. Ini
menandakan orang tersebut sudah berada dalam kategori firman Allah: “Dalam
hatinya ada penyakit lalu Allah tambahkan penyakitnya.” (QS. Al-Baqarah: 10)
 
 
Dalam kitabnya Ihyâ `Ulûmuddîn, Al-Ghazali berbicara tentang tanda- tanda
penyakit hati dan kiat-kiat untuk mengetahui penyakit hati tersebut. Ia
menyebutkan sebuah doa yang isinya meminta agar kita diselamatkan dari
berbagai jenis penyakit hati: “Ya Allah aku berlindung kepadamu dari ilmu
yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusyuk, nafsu yang tidak kenyang,
mata yang tidak menangis, dan doa yang tidak diangkat.” 
 
Doa yang berasal dari hadis Nabi saw ini, menunjukkan tanda-tanda orang yang
mempunyai penyakit hati. Merujuk pada doa di atas, kita bisa menyimpulkan
ciri-ciri orang yang berpenyakit hati sebagai berikut: 
 
Pertama, memiliki ilmu yang tidak bermanfaat. Ilmunya tidak berguna baginya
dan tidak menjadikannya lebih dekat kepada Allah swt. Al-Quran menyebutkan
orang yang betul- betul takut kepada Allah itu sebagai orang-orang memiliki
ilmu: Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya ialah
orang yang berilmu. Jika ada orang yang berilmu tapi tidak takut kepada
Allah, berarti dia memiliki ilmu yang tidak bermanfaat. 
 
Kedua, mempunyai hati yang tidak bisa khusyuk. Dalam menjalankan ibadah, ia
tidak bisa mengkhusyukkan hatinya sehingga tidak bisa menikmati ibadahnya.
Ibadah menjadi sebuah kegiatan rutin yang tidak mempengaruhi perilakunya
sama sekali. Tanda lahiriah dari orang yang hatinya tidak khusyuk adalah
matanya sulit menangis. Nabi saw menyebutnya sebagai jumûd al-`ain (mata
yang beku dan tidak bisa mencair). Di dalam Al-Quran, Allah menyebut
manusia-manusia yang salih sebagai mereka yang …seringkali terhempas dalam
sujud dan menangis terisak-isak. 
 
Di antara sahabat-sahabat Nabi, terdapat sekelompok orang yang disebut
al-bakâun (orang-orang yang selalu menangis) karena setiap kali Nabi
berkhutbah, mereka tidak bisa menahan tangisannya. Dalam sebuah riwayat,
para sahabat bercerita: Suatu hari, Nabi Saw menyampaikan nasihat kepada
kami. Berguncanglah hati kami dan berlinanglah air mata kami. Kami lalu
meminta, “Ya Rasulallah, seakan- akan ini khutbahmu yang terakhir, berilah
kami tambahan wasiat.” Kemudian Nabi saw bersabda, “Barangsiapa di antara
kalian yang hidup sepeninggalku, kalian akan menyaksikan pertengkaran di
antara kaum muslimin yang banyak …” Dalam riwayat lain, Nabi saw bersabda:
“Hal pertama yang akan dicabut dari umat ini adalah tangisan karena
kekhusyukan.” 
 
Ketiga, memiliki nafsu yang tidak pernah kenyang. Ia memendam ambisi yang
tak pernah habis, keinginan yang terus menerus, serta keserakahan yang
takkan terpuaskan. 
 
Adapun ciri keempat dari orang yang berpenyakit hati adalah doanya tidak
diangkat dan didengar Tuhan. 
 
Kiat Mengobati Penyakit Hati
 
Cara pertama untuk mengobati penyakit hati, menurut Al-Ghazali, adalah
dengan mencari guru yang mengetahui penyakit hati kita. Ketika kita datang
kepada guru tersebut, kita harus datang dengan segala kepasrahan. Kita tidak
boleh tersinggung jika guru itu memberitahukan penyakit hati kita. 
 
Umar Ibn Al-Khattab berkata, “Aku menghargai sahabat-sahabatku yang
menunjukkan aib-aibku sebagai hadiah untukku.” 
 
Seorang guru harus mencintai kita dengan tulus dan begitu pula sebaliknya,
kita harus mencintai guru kita dengan tulus. Apa pun yang dikatakan guru,
kita tidak menjadi marah. Kita juga harus mencari guru yang lebih sedikit
penyakit hatinya daripada diri kita sendiri. 
 
Kedua, mendapatkan sahabat yang jujur. Sahabat adalah orang yang membenarkan
bukan yang `membenar-benarkan’ kita. Sahabat yang baik adalah yang
membetulkan kita, bukan yang menganggap apapun yang kita lakukan itu betul. 
 
Ketiga, jika sulit mendapatkan sahabat yang jujur, kita bisa mencari musuh
dan mempertimbangkan ucapan-ucapan musuh tentang diri kita. Musuh dapat
menunjukkan aib kita dengan lebih jujur ketimbang sahabat kita sendiri.
Keempat, memperhatikan perilaku orang lain yang buruk dan kita rasakan
akibat perilaku buruk tersebut pada diri kita. Dengan cara itu, kita tidak
akan melakukan hal yang sama. Hal ini sangat mudah karena kita lebih sering
memperhatikan perilaku orang lain yang buruk daripada perilaku buruk kita
sendiri. 
 
Sebuah kisah dari Jalaluddin Rumi akan menutup tulisan ini; 
 
Alkisah, di sebuah kota ada seorang pria yang menanam pohon berduri di
tengah jalan. Walikota sudah memperingatkannya agar memotong pohon berduri
itu. Setiap kali diingatkan, orang itu selalu mengatakan bahwa ia akan
memotongnya besok. Namun sampai orang itu tua, pohon itu belum dipotong
juga. Seiring dengan waktu, pohon berduri itu bertambah besar. Ia menutupi
semua bagian jalan. Duri itu tidak saja melukai orang yang melalui jalan,
tapi juga melukai pemiliknya. Orang tersebut sudah sangat tua. Ia menjadi
amat lemah sehingga tidak mampu lagi untuk menebas pohon yang ia tanam
sendiri. 
 
Di akhir kisah itu Rumi memberikan nasihatnya, “Dalam hidup ini, kalian
sudah banyak sekali menanam pohon berduri dalam hati kalian. Duri-duri itu
bukan saja menusuk orang lain tapi juga dirimu sendiri. Ambillah kapak
Haidar (Haidar adalah nama kecil Imam Ali), potonglah seluruh duri itu
sekarang sebelum kalian kehilangan tenaga sama sekali.” 
 
Yang dimaksud Rumi dengan pohon berduri dalam hati adalah penyakit- penyakit
hati dalam ruh kita. Bersamaan dengan tambahnya umur, bertambah pula
kekuatannya. Tak ada lagi waktu yang lebih tepat untuk menebang pohon
berduri di hati kita itu selain saat ini. Esok hari, penyakit itu akan
semakin kuat sementara tenaga kita bertambah lemah. Tak ada daya kita untuk
menghancurkannya.
 
 
 
  
 
 
 <http://muslimahberjilbab.blogspot.com/2005/02/doa-ibu-untuk-anaknya.html 
 

0 komentar:

Posting Komentar